Oleh: tovavanjava | 17 Oktober 2012

[repost] Polusi Pikiran Lebih Anu di Kota Itu…..

Petani tembakau bete. Sebagian ruas jalur Pantura dan Jawa Tengah dulu pernah mereka bikin buntu. Jihaaa…Hari-hari lalu ruas itu mereka verboden-kan lagi. Mungkin mereka sewot dengar selentingan kuat bahwa kampanye antirokok ujung-ujungnya didanai asing. Tujuan asing mematikan industri rokok kretek dalam negeri. 

Saya nggak terlalu rempong dengan anti maupun pro rokok. Yang penting kedua pihak tak saling usik. Yang tak merokok nggak usah pakai teriak-teriak antirokok. Lha wong pajak dari rokok negeri ini lebih besar ketimbang pajak dari tambang dan energi.

Sebaliknya kaum perokok ndak usah anti pada mereka yang tidak merokok dan suka ngemil. Pendukung tim Itali dan pendukung tim Spanyol juga tetap bisa bergaul menyelenggarakan hidup kok. Masa golongan pro dan anti rokok tak bisa side by side.

Yang jadi urusan saya, kenapa kita cuma sibuk pada ancaman asap rokok? Bagaimana kalau seluruh warga Jakarta kelak sudah tidak merokok, lebih sehatkah mereka?

Tetap akan ada masalah pernapasan dan kesehatan: dampak polusi udara terutama dari sektor tranportasi.

Dulu ada survei menyebut Jakarta duduk di peringkat kedua untuk kota yang udaranya paling tercemar. Pertama Denpasar. Kini yang paling tercemar Medan, Surabaya, Bandung, baru Jakarta.

Ah, nomor berapa pun, Jakarta selalu di kisaran papan atas.

Kampanye bersih udara ini yang mestinya dilansir lebih besar atau minimal sama gencar dengan kampanye antirokok. CMIIW… ukuran PM10 yakni porsi diameter partikel sebesar atau lebih kecil ketimbang 10 mikrometer yang bergentayangan di udara tak pernah menuding-nuding asap rokok sebagai penyumbang polusi terbesar. Donatur terbesar adalah emisi transportasi.

Bukan kemelut asap rokok…

Oh ya, saya tidak tahu bagaimana tingkat pencemaran kawasan Puncak sekarang, mengingat sayur-mayur yang masuk Jakarta kebanyakan berasal dari Cipanas dan Cianjur.

Saya juga tidak tahu kayak apa tingkat pencemaran laut-laut di Nusantara. Inga’ inga’ … separo lebih dari 250an ribu ton pertahun kebutuhan ikan warga Jakarta disuplai dari dalam negeri termasuk, tentu, dari lumbung ikan nasional, Maluku.

Tapi, jika pun sayur-mayur dan ikan-ikan yang masuk Jakarta juga tercemar, saya kira pencemaran udara tetap menjadi hal utama di kota itu selain senyum Agnes Monica dan Syahrini.

Bagaimana tidak.  Dari beberapa orang saya pernah menaksir-naksir rata-rata orang Jakarta menghabiskan waktunya di jalan 4 jam per hari. Durasi tersebut bisa mengandaikan berapa kadar polutan yang keluar dari knalpot tunggangannya.

Itulah, transportasi sebagai pencemar udara, yang disumbangkan oleh warga Jakarta dari berbagai sektor pekerjaan baik sektor sekunder terutama konstruksi maupun sektor tersier seperti hotel dan restoran.

Lantas, dalam keadaan stres di jalanan seperti itu bagaimana konsentrasi mereka tidak melulu pada memikirkan diri sendiri?

Padahal, saya sependapat dengan wanti-wanti para kiyai saya dahulu tentang kenapa Nabi Muhammad cuma pernah sakit sekali dalam hidupnya: Karena beliau tidak pernah memikirkan dirinya sendiri.

Sementara dalam udara tercemar, penuh polutan, memikirkan diri sendiri tak tampak salah.

 

 

#di copy seutuhnya dari : sudjiwotedjo.com


Tanggapan

  1. polusi anu 😀

  2. Have a good day yah …

    • ini orang komennya sama plek dengan di tempat ane (mungkin ditempat lain juga ?)

  3. wah tumben kopas.. males bkin artikel yah 😀

  4. wkwkwk polusi anu :mrgreen: http://brigade15.wordpress.com/

  5. saya lebih senang terkontaminasi polusi jkt 48 :mrgreen:

  6. Anu polusi..
    http://gombongmotorcommunity.com

  7. Sebagaimana diberitakan dalam majalah Forbes beberapa waktu yang lalu (23/11/2011). Orang terkaya di Indonesia adalah dua bersaudara Budi Hartono dan Michael Hartono dengan nilai kekayaan mencapau 14 milai dollar AS atau setara dengan 127 triliun rupiah, disusul oleh Susilo Wonowijoyo di posisi kedua dengan nilai kekayaan mencapai 10 miliar dollar AS atau sekitar 91 triliun rupiah. Hartono bersaudara adalah pemilik PT. Djarum, begitupula dengan Susilo Wonowijoyo adalah pemilik PT.Gudang Garam.

  8. Terima kasih atas konten dan info yg menarik dan menginspirasi….thk u

  9. Beli Viar Lebih Untung…!!
    Analogi perbandingan harga jual kembali motor Viar dibandingkan dengan motor pabrikan lain

    Membeli Viar adalah Investasi yang sangat tepat..!!,tidak percaya?,mari kita hitung hitungan

    Beli Motor Viar Star Z,Harga OTR = Rp.8.200.000,setelah dipakai 3 Tahun,harga Jual kembali dapat mencapai 5,5 juta,harga terendah 4,5 juta,kita ambil yang kerugian terbesar menjadi kerugian yg diderita adalah 4,5juta

    bandingkan dengan apabila Anda mengambil Investasi motor pabrikan merk lain
    harga OTR nya Rp.15.500.000,setelah dipakai 3 Tahun Harga Yang diterima Showroom Motor Bekas paling tinggi adalah Rp 9 juta,kalau kondisi motor tersebut kurang baik bisa saja hanya dihargai Rp 7 juta,maklum harga part orisinil motor ini tergolong mahal

    Kerugian Investasi = Rp. 15.500.000 – Rp. 8.000.000 = Rp. 7.000.000

    dari sini jelas sekali bukan lebih besar mana kerugian yg diderita oleh konsumen akibat depresiasi harga jual motor..!??

    apabila kondisi itu diterapkan ke Motor Viar Star Z yg OTR nya hanya Rp 8.200.000 maka Motor Viar hanya dihargai Rp 1.200.000,tentu sangat tidak logis dan tidak masuk akal sebuah motor hanya dihargai dengah harga seperti itu,Konsumen pun berhak marah apabila motor nya ditawar oleh showroom dgn harga 1,2 juta saja…!,tentu keadaan tsb tidak logis diterapkan untuk motor Viar

    belum ditambah kerugian akibat borosnya penggunaan BBM,penggunaan BBM motor ini 3x lipat lebih boros dibanding motor Viar,maklum Motor ini memiliki cc diatas 120 ,apabila Anda mengisi Bensin motor Viar Rp 20.000 per minggu / Rp 80.000 per bulan,maka anda harus mengeluarkan Rp 240.000 perbulan,kerugian bertambah menjadi Rp 160.000 belum ditambah mahalnya Pajak Kendaraan Bermotor karena motor ini mengusung CC yg sangat tinggi

    Perincian Kerugian motor Merk lain
    Depresiasi harga Jual : Rp. 7.000.000
    Pemborosan BBM : Rp. 160.000 x 12 bulan x 3 tahun = Rp 5.760.000
    Mahalnya Pajak : Rp. 50.000 x 3 Tahun = Rp. 150.000
    Mahalnya Service & Spare Part : Rp. 250.000 x 3 Tahun = Rp. 750.000

    Kerugian = 7.000.000 + 5.760.000 + 150.000 + 750.000
    Total Kerugian Selama 3 Tahun = Rp 13.660.000
    Kerugian Perbulan = Rp. 13.660.000 / 36 bulan = Rp 379.000

    BAYANGKAN…!!!,dengan kerugian perbulan yg hampir mencapai Rp. 400.000,dengan kerugian sebesar itu anda bahkan dapat mencicil Motor Viar Star Z yg cicilannya hanya 300 ribuan per bulan

    SEGERA Tinggalkanlah motor Boros dan Tidak Ekonomis seperti itu,sudah saatnya Kita dapat berhidup Hemat namun tetap Trendy!

    • salah kamar kang, topik ini bukan buat jual beli motor. xixixixi…… :mrgreen:

  10. dilema zaman yang sudah memasuki industri. antara kebutuhan dan keinginan untuk hidup lebih baik, harus berbentruran.

  11. motor lama kelamaan jadi kebutuhan pokok
    http://gombongmotorcommunity.com/

  12. Terima kasih atas konten dan info yg menarik dan menginspirasi….thk u

  13. Agan yang punya warung, ijin share ya…thanks. Penggemar MotoGP join yuk di http://www.facebook.com/MotoGPPlanet

  14. yah kehidupan semakin bising dehhhhhh dengan membanjirnya polusi asap knalpot

  15. Have you ever thought about writing an ebook or guest authoring on other sites? I have a blog based upon on the same topics you discuss and would love to have you share some stories/information. I know my readers would appreciate your work. If you’re even remotely interested, feel free to shoot me an e mail.

  16. lucu saja kalau orang berpendapat kampanye anti rokok didanai asing biar industri rokok dalam negeri tumbang.
    kalo masyarakat udah pada nanti rokok, ya mau rokok dalam negeri atau luar negeri tetep aja pada anti.
    masalahnya, asap perokok itu ngeganggu non perokok. ga bisa sesimpel itu ente bilang kalo kedua belah pihak ga perlu ribut. catet, asalkan tu asep dihirup semua sama si perokok sampe habis, ane ga bakal protes kok.
    trus, yang masalah polusi jakarta. hilangnya asap rokok emang ga serta merta ngilangin polusi. tapi paling enggak, ngurangin polusi. daripada tetep, ya mending berkurang dong.


Tinggalkan Balasan ke Eva Batalkan balasan

Kategori